Minggu, 22 Januari 2023

“MAKALAH ILMU BADI” SAJ’U PADA SURAH AN-NAS

 

“MAKALAH ILMU BADI

SAJ’U PADA SURAH AN-NAS

Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Ilmu Badi’


 


Disusun Oleh :

Iqbal Hidayatullah Suteja (53040200034)

 

PROGRAM STUDI  BAHASA DAN SASTRA ARAB

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB  DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA

2022

KATA PENGANTAR

 

Puji syukur atas rahmat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia-Nya sehingga makalah dengan berjudul ‘Saj’u’ dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Badi dari Ibu Rina Susanti, M.A. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.


Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Rina Susanti, M.A. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

 

Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.

Penyusun

 

Salatiga, 21 Desember 2022

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

 

COVER.. i

KATA PENGANTAR.. ii

DAFTAR ISI. iii

BAB I PENDAHULUAN.. 1

A.    LATAR BELAKANG.. 1

B.    RUMUSAN MASALAH.. 1

C.    TUJUAN.. 1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................... 2

A.    PENGERTIAN SAJ’U…………………………………………………………………… 2

B.    PEMBAGIAN SAJ’U……………………………………………………………………. 3

C.    Saj’u dalam Surah An-nas…………………………………………………4

BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………5

A.    KESIMPULAN……………………………………………………………………………5

B.    SARAN…………………………………………………………………………………... 5

DAFTAR PUSTAKA………......………………………………………………………............. 6

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    LATAR BELAKANG

Ilmu Badi’ adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui cara memperindah kalimat sambil tetap bersesuaian dengan tuntutan keadaan. Suatu cara baru dikatakan pengindah setelah memenuhi dua unsur. Pertama, kalimat itu harus memenuhi tuntutan keadaan (diketahui dengan ilmu Ma’ani). Kedua, kalimat itu menunjukkan kejelasan maksud (dipelajari di ilmu Bayan).

Seni memperindah kalimat ini, jika dipakai untuk memperolok makna, disebut dengan muhassinat ma’nawiyah (pengindahan makna). Adapun bila digunakan untuk memperelok kata-katanya, disebut muhassinat lafzhiyah (pengindahan kata). Salah satu metode yang biasa digunakan muhassinat lafzhiyah adalah Saj’u.

Saj’u ialah kesamaan huruf akhir diantara dua kata terakhir atau lebih dalam susunan prosa. Saj’u dibagi menjadi tiga yaitu saj’u mutharraf, saj’u mutawazi, dan saj’u murashsha’.

 

B.    RUMUSAN MASALAH

1.     Apa Pengertian saj’u?

2.     Apa saja Pembagian saj’u?

3.     Apa saja saj’u dalam surah An-nas?

 

C.    TUJUAN

1.     Untuk mengetahui Pengertian saj’u.

2.     Untuk mengetahui Pembagian saj’u.

3.     Untuk mengetahui saj’u dalam surah An-nas.

 

 

 

 

 

 

BAB II

 

PEMBAHASAN

 

A.    Pengertian Saj’u

Kata saj’u merupakan masdar dari ( ﺳَﺠَﻊَ ). Saj’u bermakna bunyi atau indah. Sedangkan secara terminologis saj’u adalah:

  تَوَا فُقُ الفَاصِلَتَينِ في الأَخِيرِ مِنَ النَثرِ

Artinya :“Sesuainya dua kata terakhir pada huruf akhirnya dari sebuah natsar”.[1]

            Sedangkan pengertian saj’u menurut balaghah waadhihah adalah cocoknya huruf akhir dua fashilah atau lebih. Sajak yang paling baik adalah yang bagian-bagian kalimatnya seimbang.[2]

 

B.    Pembagian Saj’u

Saj’u terbagi tiga:

1. Saj’u Mutharraf

هُوَ مَا اخْتَلَفَتْ فَاصِلتاهُ فى الوَزْنِ وَاتَّفَقَتَا فِى الْحَرْفِ الْأخِرِ

Yaitu dua  fashilah yang berbeda wazannya tapi sama huruf akhirnya.

Contoh seperti firman Allah SWT:

مَالَكُمْ لاَ تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا، وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا

Artinya: “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah? Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.” (Q.S Nuh:13-14).

Kata (وَقَارًا) beda wazan (أَطْوَارًا) tapi sama-sama diakhiri huruf “ra”.

 

2. Saj’u Mutawazi

مَا كَانَ الْإِتِّفَاقُ فِيْهِ فِى الْكَلِمَتَيْنِ الْاَخِرَ تَيْنِ فَقَطْ

Yaitu saj’u yang terdapat kesesuaian pada kata terakhirnya saja. Kalau saj’u mutharraf yang sama adalah huruf terakhirnya saja, kalau saj’u mutawazi yang sama adalah kata terakhirnya.

Contoh:

فِيْهَا سُرُوْرُ مَّرْفُوْعَةٌ، وَأَكْوَابُ مَّوْضُوعَةٌ

Artinya: “Di dalamnya ada tahta-tahta yang ditinggikan. dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya).” (Q.S Al-Ghasyiyah: 13-14)[3]

Kata (مَرْفُوْعَةٌ) dan (مَوْضُوعَةٌ) terdapat keseimbangan dalam wazannya.

3. Saj’u Murashsha’

مَا كَانَ فِيْهِأَلْفَاظ إِحْدَى فِقْرَتَيْنِ كُلُّهَا أَوْ أَكْثَرها مِثْل مَا يُقَابِلُهَامِنَ الْفِقْرَةِ الْأُخْرَى وزنا وتَقْفِيْتًا

Yaitu saj’u yang seluruh atau sebagian besar lafadz-lafadzdari salah satu rangkaiannya semisal bandingannya dari rangkaian yang lainya dalam wazan dan kofiahnya.

Contoh syairkarya Al-Hariri:

هُوَ يَطْبَعُ الأَسْجَاعَ بِجَوَاهِرِ لَفْظِهِ، وَيَقْرَعُ الأَسْمَاعَ بِزَوَاحِرِ وَعْظِهِ

Artiya: Dia mencetak sajak-sajak dengan permata ucapannya dan mengetuk pendengaran dengan teguran-teguran nasehatnya.

Keseimbangan kata dan wazan terdapat pada kata (يَطْبَعُ) dengan (يَقْرَعُ), kata (الأَسْجَاعَ) dengan (الأَسْمَاعَ), kata (بِجَوَاهِرِ) dengan (بِزَوَاحِرِ), dan kata (لَفْظِهِ) dengan (وَعْظِهِ).

وَإِذَا الْجِبَالُ سُيِّرَتْ، وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ

Artinya: “dan apabila gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan).” (QS. At-Takwir: 3-4).

Keseimbangannya terdapat pada kata (الْجِبَالُ) dengan (الْعِشَارُ), dan (سُيِّرَتْ) dengan (عُطِّلَتْ).

 

C.    Penjelasan Saj’u

a)     Dengan memperhatikan pengertian saj’u , jenis dan karakteristiknya tampak bahwa saj’u mirip dengan jinas. Namun demikian antara keduanya ada perbedaan sebagai berikut:

pada jinas kemiripan dua lafazh yang berbeda artinya atau maknanya.  

Contoh:

ويوم تقوم الساعة يقسم المجرمون ما لبثوا غير ساعة (الروم : 55)

“Dan pada hari terjadinya kiamat, bersum-pahlah orang-orang yang berdosa, mereka tidak diam (di dalam kubur), melainkan sesaat saja”. (QS: Al-Rum:55)

Makana al-saah yang pertama adalah hari kiamat sedangkan yang kedua adalah waktu. Sedangkan saj’u adalah cocoknya huruf akhir dua fa shilah  atau lebih.

Contoh:

الهم أعط منفقا خلفا # وأعط ممسكا تلفا

Ya allah berilah pengganti kepada orang yang berinfak, dan berilah kerusakan kepada orang yang tidak mau berinfak.

D.             Saj’u dalam Surah An-nas

1. قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ

2. مَلِكِ النَّاسِۙ

3. اِلٰهِ النَّاسِۙ

4. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ

5. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ

6. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ

 

 

1. “ Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,”

2. “ Raja manusia,”

3. “ Sembahan manusia”

4. “ dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,”

5. “ yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,”

6. “ dari (golongan) jin dan manusia,”

BAB III

 

 

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Kata saj’u merupakan masdar dari ( ﺳَﺠَﻊَ ). Saj’u bermakna bunyi atau indah. Sedangkan secara terminologis saj’u adalah:

تَوَا فُقْ الفَا صِلَتَينِ فِي الحَرْفِ الأَ خِيرِ مِنَ النَثْر

Sesuainya dua kata terakhir pada huruf akhirnya dari sebuah natsar.

Pembagian saj’u:

1. Saj’u Mutharraf

2. Saj’u Murashsha’

3. Saj’u mutawaazi

4. Saj’u dalam Surah An-Nas

Perbedaan saj’u dan jinas adalah pada jinas kemiripan dua lafazh yang berbeda artinya atau maknanya, sedangkan saj’u adalah cocoknya huruf akhir dua fashilah  atau lebih.

B.  Saran

Meskipun saya sudah berusaha maksimal menyelesaikan makalah ini, tapi saya yakin masih banyak kesalahan dan kekurangannya. Karenanya, kritik dan saran sangat saya nantikan untuk perbaikan selanjutnya. Terima kasih.

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Al-Jarim, Ali, Al-Balaghah wa Al-Wadhihah, Jakarta: Raudhah Paris, 2007

Al-Tarim, Ali dan Musthafa Amin, Terjemahan Al- Balaghah Waadhihah, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011

Idris, Mardjoko, Ilmu Balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi’, Yogyakarta: Teras, 2007

https://hahuwa.blogspot.com/2017/05/saja-rima-dalam-bahasa-arab.html?m=1

 



[1] Ali Al-Jarim, Al-Balaghah wa Al-Wadhihah, (Jakarta: Raudhah Paris, 2007), hlm.291

[2] Ali al-Tarim dan Musthafa Amin, Terjemahan Al-balaghah waadhihah, (Bandung: Sinar Baru Algesino, 2011) hlm.391

[3] Mardjoko Idris, Ilmu Balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi’, (Yoyakarta: Teras, 2007), hlm.16

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ilmu naqd (علم النقد)

 النقد: التمييز وإخراج الزيف، شيء جميل وقبيح، دراسة الأعمال الأدبية، والبحث عن القبيح والجميل، ثم إصدار الأحكام المناسبة عنها Ilmu Naqd : Na...