“MAKALAH ILMU BADI”
SAJ’U PADA SURAH AN-NAS
Makalah
Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Ilmu Badi’
Disusun Oleh :
Iqbal Hidayatullah Suteja (53040200034)
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA
ARAB
FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN
HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas rahmat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia-Nya
sehingga makalah dengan berjudul ‘Saj’u’ dapat selesai. Makalah ini dibuat dengan
tujuan memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Badi dari Ibu Rina Susanti, M.A. Selain itu, penyusunan makalah ini bertujuan menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu
Rina Susanti, M.A. Berkat tugas yang diberikan ini,
dapat menambah wawasan penulis berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis
juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang membantu
dalam proses penyusunan makalah ini.
Tidak ada gading yang tak retak, penulis menyadari jika makalah ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran demi kesempurnaan dari makalah ini.
Penyusun |
|
Salatiga,
21
Desember 2022 |
DAFTAR ISI
C. TUJUAN
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................................
2
A.
PENGERTIAN
SAJ’U…………………………………………………………………… 2
B.
PEMBAGIAN
SAJ’U……………………………………………………………………. 3
C.
Saj’u
dalam Surah An-nas…………………………………………………4
BAB III PENUTUP………………………………………………………………………………5
A.
KESIMPULAN……………………………………………………………………………5
B.
SARAN…………………………………………………………………………………...
5
DAFTAR PUSTAKA………......………………………………………………………............. 6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Ilmu Badi’
adalah ilmu yang digunakan untuk mengetahui cara memperindah kalimat sambil
tetap bersesuaian dengan tuntutan keadaan. Suatu cara baru dikatakan pengindah
setelah memenuhi dua unsur. Pertama, kalimat itu harus memenuhi tuntutan
keadaan (diketahui dengan ilmu Ma’ani). Kedua, kalimat itu menunjukkan
kejelasan maksud (dipelajari di ilmu Bayan).
Seni
memperindah kalimat ini, jika dipakai untuk memperolok makna, disebut dengan muhassinat
ma’nawiyah (pengindahan makna). Adapun bila digunakan untuk memperelok
kata-katanya, disebut muhassinat lafzhiyah (pengindahan kata).
Salah satu metode yang biasa digunakan muhassinat lafzhiyah adalah
Saj’u.
Saj’u ialah
kesamaan huruf akhir diantara dua kata terakhir atau lebih dalam susunan prosa.
Saj’u dibagi menjadi tiga yaitu saj’u mutharraf, saj’u mutawazi, dan saj’u
murashsha’.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian saj’u?
2. Apa saja Pembagian saj’u?
3. Apa saja saj’u dalam surah An-nas?
C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui Pengertian saj’u.
2. Untuk mengetahui Pembagian saj’u.
3. Untuk mengetahui saj’u dalam surah An-nas.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Saj’u
Kata saj’u merupakan masdar dari ( ﺳَﺠَﻊَ
). Saj’u bermakna bunyi atau indah. Sedangkan secara terminologis saj’u adalah:
تَوَا
فُقُ الفَاصِلَتَينِ في الأَخِيرِ مِنَ النَثرِ
Artinya :“Sesuainya dua kata terakhir pada huruf akhirnya dari
sebuah natsar”.[1]
Sedangkan
pengertian saj’u menurut balaghah waadhihah adalah cocoknya huruf akhir dua
fashilah atau lebih. Sajak yang paling baik adalah yang bagian-bagian
kalimatnya seimbang.[2]
B.
Pembagian Saj’u
Saj’u terbagi tiga:
1. Saj’u Mutharraf
هُوَ مَا
اخْتَلَفَتْ فَاصِلتاهُ فى الوَزْنِ وَاتَّفَقَتَا فِى الْحَرْفِ الْأخِرِ
Yaitu dua fashilah yang berbeda wazannya tapi sama huruf
akhirnya.
Contoh seperti firman Allah SWT:
مَالَكُمْ لاَ
تَرْجُوْنَ للهِ وَقَارًا، وَ قَدْ خَلَقَكُمْ أَطْوَارًا
Artinya: “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran
Allah? Padahal Dia Sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan
kejadian.” (Q.S Nuh:13-14).
Kata (وَقَارًا) beda wazan (أَطْوَارًا) tapi sama-sama diakhiri huruf “ra”.
2. Saj’u Mutawazi
مَا كَانَ الْإِتِّفَاقُ
فِيْهِ فِى الْكَلِمَتَيْنِ الْاَخِرَ تَيْنِ فَقَطْ
Yaitu saj’u yang terdapat kesesuaian pada kata
terakhirnya saja. Kalau saj’u mutharraf yang sama adalah huruf terakhirnya
saja, kalau saj’u mutawazi yang sama adalah kata terakhirnya.
Contoh:
فِيْهَا
سُرُوْرُ مَّرْفُوْعَةٌ، وَأَكْوَابُ مَّوْضُوعَةٌ
Artinya: “Di dalamnya ada tahta-tahta yang
ditinggikan. dan gelas-gelas yang terletak (di dekatnya).” (Q.S Al-Ghasyiyah:
13-14)[3]
Kata (مَرْفُوْعَةٌ) dan (مَوْضُوعَةٌ) terdapat keseimbangan dalam wazannya.
3. Saj’u Murashsha’
مَا كَانَ
فِيْهِأَلْفَاظ إِحْدَى فِقْرَتَيْنِ كُلُّهَا أَوْ أَكْثَرها مِثْل مَا
يُقَابِلُهَامِنَ الْفِقْرَةِ الْأُخْرَى وزنا وتَقْفِيْتًا
Yaitu saj’u yang seluruh atau sebagian besar lafadz-lafadzdari
salah satu rangkaiannya semisal bandingannya dari rangkaian yang lainya dalam
wazan dan kofiahnya.
Contoh syairkarya Al-Hariri:
هُوَ يَطْبَعُ
الأَسْجَاعَ بِجَوَاهِرِ لَفْظِهِ، وَيَقْرَعُ الأَسْمَاعَ بِزَوَاحِرِ وَعْظِهِ
Artiya: Dia mencetak sajak-sajak dengan permata
ucapannya dan mengetuk pendengaran dengan teguran-teguran nasehatnya.
Keseimbangan kata dan wazan terdapat pada kata (يَطْبَعُ) dengan (يَقْرَعُ), kata (الأَسْجَاعَ) dengan (الأَسْمَاعَ), kata (بِجَوَاهِرِ) dengan (بِزَوَاحِرِ), dan kata (لَفْظِهِ) dengan (وَعْظِهِ).
وَإِذَا
الْجِبَالُ سُيِّرَتْ، وَإِذَا الْعِشَارُ عُطِّلَتْ
Artinya: “dan apabila gunung-gunung dihancurkan,
dan apabila unta-unta yang bunting ditinggalkan (tidak diperdulikan).” (QS.
At-Takwir: 3-4).
Keseimbangannya terdapat pada kata (الْجِبَالُ) dengan (الْعِشَارُ), dan (سُيِّرَتْ) dengan (عُطِّلَتْ).
C.
Penjelasan Saj’u
a) Dengan memperhatikan pengertian saj’u ,
jenis dan karakteristiknya tampak bahwa saj’u mirip dengan jinas. Namun
demikian antara keduanya ada perbedaan sebagai berikut:
pada jinas kemiripan dua lafazh yang berbeda artinya
atau maknanya.
Contoh:
ويوم تقوم الساعة يقسم المجرمون ما لبثوا غير
ساعة (الروم : 55)
“Dan pada
hari terjadinya kiamat, bersum-pahlah orang-orang yang berdosa, mereka tidak
diam (di dalam kubur), melainkan sesaat saja”. (QS: Al-Rum:55)
Makana
al-saah yang pertama adalah hari kiamat sedangkan yang kedua adalah waktu. Sedangkan
saj’u adalah cocoknya huruf akhir dua fa shilah
atau lebih.
Contoh:
الهم أعط منفقا خلفا # وأعط ممسكا تلفا
Ya allah
berilah pengganti kepada orang yang berinfak, dan berilah kerusakan kepada
orang yang tidak mau berinfak.
D. Saj’u dalam Surah
An-nas
1. قُلْ
اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ
2. مَلِكِ النَّاسِۙ
3. اِلٰهِ النَّاسِۙ
4. مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ
5. الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ
6. مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
1. “ Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhannya manusia,”
2. “ Raja manusia,”
3. “ Sembahan manusia”
4. “ dari kejahatan (bisikan) setan yang bersembunyi,”
5. “ yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,”
6. “ dari (golongan) jin dan manusia,”
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kata saj’u
merupakan masdar dari ( ﺳَﺠَﻊَ ). Saj’u bermakna bunyi atau
indah. Sedangkan secara terminologis saj’u adalah:
تَوَا فُقْ الفَا صِلَتَينِ فِي الحَرْفِ
الأَ خِيرِ مِنَ النَثْر
Sesuainya dua kata terakhir pada huruf akhirnya dari sebuah natsar.
Pembagian saj’u:
1. Saj’u Mutharraf
2. Saj’u Murashsha’
3. Saj’u mutawaazi
4. Saj’u dalam Surah An-Nas
Perbedaan saj’u dan jinas adalah pada jinas kemiripan dua lafazh yang
berbeda artinya atau maknanya, sedangkan saj’u adalah cocoknya huruf akhir dua
fashilah atau lebih.
B. Saran
Meskipun saya sudah berusaha maksimal menyelesaikan
makalah ini, tapi saya yakin masih banyak kesalahan dan kekurangannya.
Karenanya, kritik dan saran sangat saya nantikan untuk perbaikan selanjutnya.
Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jarim, Ali, Al-Balaghah wa Al-Wadhihah, Jakarta: Raudhah Paris, 2007
Al-Tarim, Ali dan Musthafa Amin, Terjemahan Al- Balaghah Waadhihah,
Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2011
Idris, Mardjoko, Ilmu Balaghah antara Al-Bayan dan Al-Badi’, Yogyakarta:
Teras, 2007
https://hahuwa.blogspot.com/2017/05/saja-rima-dalam-bahasa-arab.html?m=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar