Penting untuk diingat bahwa asalnya tauhid tidak boleh dibagi. Ini bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Esa, dan segala sifat dan nama-Nya adalah satu kesatuan yang tak terbagi. Namun, ada beberapa manusia (terutama kaum musyrikin) yang membagikan tauhid. Sebelum Nabi Adam dianugerahi tugas utama, manusia sudah memahami tauhid dengan baik tanpa ada pembagian. Namun, setelah 10 kurun, kesyirikan mulai muncul dan menjadi bentuk pemecahan tauhid. Ini karena mereka hanya mentauhidkan Allah subhanahu wa ta'ala pada sebagian sisi saja dan membatalkan tauhid pada sisi lain.
Allah berfirman tentang kondisi kaum musyrikin Arab ;
وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ
Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain) (QS. Yusuf : 106)
Kaum musyrikin memisahkan tauhid, namun Allah subhanahu wa ta'ala menjelaskan bahwa keyakinan mereka yang salah tercampur dengan kesyirikan. Keyakinan mereka bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah pencipta dan pemberi rizki (tauhid ar-Rububiyah) disebut oleh Allah sebagai "iman", sedangkan kesyirikan mereka adalah menyembah selain Allah subhanahu wa ta'ala (tauhid al-‘Ibadah). Ini menyebabkan pembagian tauhid untuk membedakan antara yang benar dan salah. Karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan ayat-ayat agar mereka tidak membagi tauhid dan bertauhid pada satu sisi sambil berbuat syirik pada sisi lain Diantaranya firman Allah melarang mereka membagi-bagi tauhid :
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (QS. Al-Baqarah : 21-22)
Pemahaman tauhid yang benar adalah tauhid tidak boleh dibagi-bagi. Oleh karena itu, tauhid dibagi menjadi tiga bagian: Tauhid ar-Rububiyah, Tauhid al-Uluhiyah, dan Tauhid al-Asmaa’ wa as-Shifaat.
Tauhid ar-Rububiyah adalah mengesakan perbuatan-perbuatan Allah, yang menegaskan bahwa hanya Allah yang melakukannya tanpa ada campur tangan dan andil yang lain. Ini terdiri dari tiga pokok pikiran: penciptaan, kepemilikian, dan pengaturan.
Sementara itu, Tauhid al-Uluhiyah (atau al-Ilahiyah atau al-ibadah) adalah mengesakan Allah dalam peribadatan. Ini berarti bahwa hamba hanya boleh beribadah kepada Allah saja. Bentuk-bentuk ibadah seperti berdoa, bernadzar, menyembelih, takut, berharap, tawakkal, dan lainnya, semuanya melibatkan perbuatan hamba.
Dengan memahami bagian-bagian dari tauhid, kita bisa memahami betapa pentingnya menegakkan akidah yang sejati dan menjauhi kesyirikan. Kita harus memahami bahwa tauhid adalah dasar dari segala amal ibadah kita, sehingga harus dipahami dengan baik dan dipraktikkan dengan tulus.
Adapun tauhid al-Asmaa’ wa as-Shifaat yaitu seorang hamba meyakini bahwasanya Allah Maha Esa dengan kesempurnaan yang mutlak dari segala sisi dalam nama-nama dan sifat-sifatNya yang agung, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah dari sisi nama dan sifatNya. Meskipun bisa jadi nama dan sifatnya sama antara makhluk dengan Allah tapi hakikatnya berbeda.
Tauhid Ar-Rububiyah dan Al-Asmaa’ wa as-Sifaat: Fokus utama dari kedua tauhid ini adalah memahami dan meyakini bahwa Allah Maha Esa dalam segala sisi dalam nama-nama dan sifat-sifatNya. Seorang hamba harus memahami dan percaya pada hal ini.
Tauhid Al-Uluhiyah: Ini adalah tauhid yang berhubungan dengan tindakan hamba, dimana hamba hanya boleh melakukan ibadah pada Allah saja. Karena Allah adalah satu-satunya yang berhak untuk disembah karena Allah Maha Esa dalam rububiyah dan asmaa’ wa sifatNya. Ada beberapa ulama yang membagi tauhid ini menjadi dua bagian: (1) Tauhid Al-Ilmi wa Al-Ma'rifah yang mencakup tauhid Ar-Rububiyah dan Al-Asmaa’ wa as-Sifaat, fokusnya adalah memahami dan memahami rububiyah Allah dan asmaa’ wa sifatNya. (2) Tauhid Al-‘Amal wa at-Thalab berkaitan dengan tauhid Al-Uluhiyah karena fokusnya adalah meminta hamba untuk beramal hanya untuk Allah saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar