Senin, 12 Agustus 2024

kitab darsul muhimah Pelajaran ke 2 Rukun Rukun Islam

Penjelasan Syahadat dan Rukun Islam

Ketika mengajarkan rukun Islam, terutama kepada orang awam, tidak cukup hanya menyebutkan lima rukun Islam. Penting juga untuk menjelaskan makna dari kalimat syahadat serta syarat-syaratnya. Syahadat Laa ilaha illallah memiliki makna yang dalam, yaitu menafikan (menolak) semua bentuk penyembahan kepada selain Allah dan menetapkan bahwa ibadah hanya ditujukan kepada Allah saja.

Rukun-Rukun Islam

Islam berdiri di atas lima rukun yang menjadi dasar bagi keyakinan dan praktik keagamaan seorang Muslim. Rukun Islam ini diibaratkan sebagai pilar-pilar yang menopang sebuah bangunan; tanpa pilar-pilar ini, bangunan tidak akan berdiri kokoh.

Syahadat (Lailahaillallah): Rukun pertama dan yang paling mulia adalah mengucapkan syahadat: "Laa ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah." Syahadat ini berarti "Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah." Syahadat ini mencakup dua bagian penting:

Makna dan Penjelasan Syahadat:

  • Lailahaillallah: Mengandung makna bahwa kita menafikan semua yang disembah selain Allah. Artinya, semua benda atau makhluk, baik hidup atau mati, yang disembah selain Allah adalah tidak benar.
  • Illallah: Menetapkan bahwa ibadah hanya untuk Allah Subhanahu Wa Ta'ala saja, tanpa ada sekutu bagi-Nya.

Makna dan Syarat Syahadat:

  • Makna "Laa ilaaha illallah": Menegaskan bahwa segala bentuk penyembahan harus ditujukan hanya kepada Allah.
  • Syarat-syarat Laa ilaaha illallah: Seseorang harus memahami, meyakini, dan mengamalkan syahadat ini tanpa keraguan atau penambahan sesuatu yang tidak sesuai dengan ajaran tauhid.

Rukun Islam: Islam tidak akan tegak kecuali dengan rukun-rukunnya. Rukun di sini berarti elemen-elemen utama yang menjadi penopang bagi agama. Seperti sebuah rumah yang tidak bisa berdiri tanpa pilar-pilar, begitu juga Islam tidak bisa tegak tanpa lima rukun ini.

Rukun Islam ada lima dan merupakan fondasi yang harus dipenuhi agar agama Islam bisa tegak. Berikut penjelasan tentang rukun Islam:

  1. Syahadat: Persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.
  2. Shalat: Menjalankan shalat lima waktu.
  3. Zakat: Membayar zakat bagi yang mampu.
  4. Puasa: Berpuasa di bulan Ramadhan.
  5. Haji: Menunaikan haji bagi yang mampu.

Penjelasan tentang Rukun:

  • Rukun dalam konteks ini adalah bagian dari sesuatu yang paling kuat, seperti tiang-tiang pada bangunan. Tanpa tiang-tiang ini, bangunan tidak akan bisa berdiri dengan kokoh.
  • Dengan kata lain, rukun Islam adalah fondasi yang harus ada dan harus dipenuhi agar agama Islam dapat berdiri tegak.

Untuk membangun Islam yang kuat, tidak hanya perlu memahami dan melaksanakan rukun-rukun Islam, tetapi juga memastikan bahwa fondasi (rukun-rukun) tersebut kokoh. Tiang-tiang (rukun-rukun) ini harus dibangun dengan baik agar dapat menopang bangun Islam memiliki lima rukun yang diibaratkan sebagai tiang-tiang dalam sebuah bangunan. Bangunan tidak akan berdiri kokoh tanpa tiang-tiang yang kuat. Begitu juga dengan Islam, agama ini tidak akan tegak tanpa rukun-rukun tersebut. Rukun-rukun Islam harus dipenuhi dan menjadi dasar yang kokoh bagi keimanan seseorang. bahwa tiang-tiang ini tidak hanya harus ada, tetapi juga harus kokoh. Artinya, pelaksanaan rukun Islam harus dilakukan dengan penuh keyakinan dan keikhlasan.

Makna Islam:

Syekh Abdul Razzaq menjelaskan bahwa rukun-rukun Islam adalah pilar-pilar dan bagian yang paling kuat dari Islam, tanpa rukun-rukun ini, Islam tidak dapat berdiri dengan tegak. Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan mentauhidkan-Nya, tunduk dan patuh kepada Allah dalam ketaatan, serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelaku-pelaku kesyirikan.

  • Islam secara bahasa berarti "penyerahan diri" kepada Allah. Makna ini mencakup tiga hal penting:
    1. Menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya: Ini berarti meyakini dan mengakui bahwa hanya Allah yang berhak diibadahi.
    2. Tunduk dan patuh kepada Allah dalam ketaatan kepada-Nya: Seorang Muslim harus menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
    3. Berlepas diri dari kesyirikan dan sekutu-sekutunya: Islam mengajarkan untuk menjauhkan diri dari segala bentuk penyekutuan Allah (syirik) dan para pelaku kesyirikan.

 Hubungan Islam dengan Rukun-Rukun:

Islam berarti tunduk dan berserah diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya. Barang siapa yang tidak tunduk kepada Allah, maka dia sombong, dan siapa yang berserah diri kepada Allah tetapi juga kepada yang lain, dia adalah seorang musyrik (penyekutuan Allah).

  • Islam: Adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya. Seorang Muslim harus tunduk dan patuh hanya kepada Allah.
  • Kesombongan dan Syirik: Dua hal ini adalah lawan dari Islam. Seseorang yang tidak mau tunduk kepada Allah berarti sombong, dan orang yang menyembah selain Allah berarti telah melakukan syirik.
Kesombongan: Sombong adalah menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. Kesombongan bertentangan dengan ajaran Islam. Jika seseorang mengaku Islam tetapi bersikap sombong, maka agamanya bermasalah.

Kesombongan bisa terkait dengan hal-hal yang ada pada diri seseorang seperti pintar, gagah, tampan, ilmu, atau terkait dengan hal-hal di luar tubuh seperti harta, jabatan, dan anak.

Syirik: Syirik adalah menyekutukan Allah dengan sesuatu yang lain dalam bentuk ibadah atau ketaatan. Jika seseorang menyembah Allah tetapi juga menyembah selain-Nya, maka dia dianggap musyrik.

Penjelasan Dosa Besar:

  • Dosa Besar Terkait Hati: Ini termasuk dosa seperti sombong, putus asa, dan lain sebagainya. Dosa ini tidak terlihat secara fisik, tetapi merusak dari dalam.
  • Dosa Besar Terkait Anggota Badan: Ini adalah dosa yang terlihat dalam tindakan, seperti membunuh, zina, mencuri, dan lain-lain.

Contoh Kesombongan dalam Al-Quran:

  • Allah berfirman dalam Surat An-Nisa ayat 36 dan Surat Luqman ayat 18, yang mengingatkan tentang kesombongan. Tafsir Al-Alusi menyebutkan bahwa sombong bisa terkait dengan hal-hal internal seperti kecerdasan, ketampanan, atau ilmu, serta hal-hal eksternal seperti harta, jabatan,
SYARAH
Rukun Islam yang paling utama dan memiliki kedudukan tertinggi adalah syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Oleh karena itu, Rasulullah ﷺ mendahulukan syahadat ini dalam sabdanya yang berbunyi: "Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasul Allah." Syahadat ini, yaitu mengakui keesaan Allah dan kenabian Muhammad, adalah rukun Islam yang paling besar dan paling penting. Bahkan, syahadat ini adalah dasar agama Islam itu sendiri.

Syahadat adalah fondasi utama yang menjadi dasar dari segala sesuatu dalam Islam. Kalimat "La ilaha illallah" adalah kalimat yang paling agung, paling mulia, dan paling utama. Kalimat ini adalah dzikir yang paling baik, sebagaimana Nabi kita ﷺ bersabda: "Dzikir yang paling utama adalah 'La ilaha illallah'."

ويقول - عليه الصلاة والسلام : خَيْرُ الدَّعَاءِ دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ، وَخَيْرُ مَا قُلْت أَنَا وَالنَّبِيُّونَ مِنْ قَبْلِي: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الحَمْدُ، وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ 

Hadis tersebut menyebutkan bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Sebaik-baik doa adalah doa pada hari Arafah, dan sebaik-baik apa yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah: Lā ilāha illallāh wahdahu lā syarīka lahu, lahul mulku walahul hamdu, wa huwa 'alā kulli syai’in qadīr” (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, satu-satunya, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya segala kerajaan dan segala pujian, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu). Hadis ini mengajarkan tentang pentingnya kalimat tauhid, yang merupakan intisari dari semua ajaran para nabi.

Kemudian Allah Ta’ala berfirman:

 ﴿وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيَ إِلَيْهِ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدُونِ ﴾ [الابنية : ٢٥]

 “Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku” (Al-Anbiya: 25). Ayat ini menunjukkan bahwa semua nabi diutus untuk mengajak umatnya menyembah Allah semata.

 ما معنى: «لا إله إلا الله) : فقد ذكر تحمله أن : ((لا إله) نافيا جميع ما يُعبد من دون الله، (إلا الله) مثبتا العبادة لله وحده لا شريك له فهي كلمة قائمة على ركنين عظيمين

Penjelasan dari kalimat "Lā ilāha illallāh" adalah bahwa kalimat ini terdiri dari dua bagian penting: penafian dan penetapan.

1. Penafian ("Lā ilāha"): Bagian ini menolak semua bentuk sesembahan selain Allah. Dengan kata lain, ini menegaskan bahwa tidak ada yang layak disembah selain Allah. Semua yang disembah selain Allah, baik itu benda mati, hewan, tumbuhan, atau apapun selain Allah, ditolak dan dianggap tidak sah untuk disembah.

2. Penetapan ("illā Allāh"): Bagian ini menetapkan bahwa hanya Allah yang berhak disembah. Tidak ada sekutu bagi-Nya dalam hal ibadah. 

“Dua dasar yang kuat ini adalah penafian dan penegasan. Tidak ada tauhid kepada Allah - yang Mahatinggi dan Mahamulia - tanpa keduanya: penafian secara umum terhadap segala sesuatu yang disembah selain Allah, apa pun bentuknya, apakah itu benda mati, hewan, tumbuhan, atau selainnya.”

Dan penetapan khusus bahwa segala bentuk ibadah, dengan semua maknanya, hanya ditujukan kepada Allah semata. Barang siapa yang menafikan (menolak) tanpa menetapkan, dia tidak dianggap bertauhid. Dan barang siapa yang menetapkan tanpa menafikan, dia juga tidak dianggap bertauhid. Maka, seseorang baru dianggap bertauhid jika dia melakukan penafian dan penetapan sekaligus.”

Selasa, 06 Agustus 2024

kitab ushul min ilmi ushul syaikh shalih al utsaimin (1)

 Mengenal Ushul Fiqih dan Penjabarannya

Definisi Ushul Fiqih 

Ushul Fiqih memiliki dua penjabaran:

Penjabaran ke 1 Berdasarkan Makna Kata Per Kata:

Ushul: Kata "ushul" adalah bentuk jamak dari "aslu," yang dalam bahasa Arab berarti sesuatu yang menjadi dasar atau fondasi bagi sesuatu yang lain. Contoh yang diberikan dalam teks adalah fondasi sebuah tembok yang menjadi dasar bangunan atau akar dari sebuah pohon yang menjadi dasar dari cabang-cabangnya. allah ta'alla berfirman di dalam surat ibrahim ayat 24

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit  

dan fiqih yaitu pemahaman

Penjabaran ke 2 Berdasarkan Struktur Kalimat (Mudhof dan Mudhof Ilaih):

Istilah "Ushul Fiqih" terdiri dari dua kata: "ushul" (mudhof) dan "fiqih" (mudhof ilaih). Dalam tata bahasa Arab, ini dikenal sebagai konstruksi idhofah, di mana dua kata digabungkan untuk membentuk makna yang lebih spesifik. Dalam hal ini, "ushul" (dasar atau prinsip) dikaitkan dengan "fiqih" (pemahaman hukum), sehingga menggabungkan kedua kata ini mengindikasikan bahwa ilmu ini adalah tentang dasar-dasar yang digunakan untuk memahami fiqih.


        TAMBAHAN

"aslu" bisa merujuk pada dasar atau fondasi dalam berbagai konteks, seperti fondasi seperti tembok,akar pohon, atau leluhur manusia yang menjadi sumber keturunannya. Dalam ushul fiqih, prinsip ini diterapkan dalam memahami bahwa setiap hukum syariat dibangun di atas dasar-dasar atau prinsip-prinsip tertentu, yang disebut sebagai "ushul."

Sebagai contoh, dalam hal tembok, fondasi yang menjadi dasar disebut "aslu" karena tanpa fondasi, tembok tidak bisa berdiri. Demikian pula, dalam ushul fiqih, prinsip-prinsip dasar ini adalah yang menopang dan membentuk pemahaman hukum-hukum Islam. 


PENGERTIAN FIQIH

Fiqih secara bahasa artinya adalah pemahaman. Dalam Al-Qur'an, surat Thaha 


وَاحۡلُلۡ عُقۡدَةً مِّنۡ لِّسَانِیْ ۙ‏ ٢٧


dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,

يَفۡقَهُوۡا قَوۡلِیْ ‏ ٢٨

agar mereka mengerti perkataanku,

Menurut Tafsir Al-Qurtubi, ayat ini berarti agar orang-orang memahami apa yang disampaikan oleh Nabi Musa. Ini menunjukkan bahwa fiqih dalam bahasa Arab mencakup segala bentuk pemahaman, bukan hanya dalam konteks hukum syariat. artinya orang tersebut memahami apa yang dikatakan. Dalam surat Al-Isra ayat 44, Allah juga berfirman:

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمٰوٰتُ السَّبۡعُ وَالۡاَرۡضُ وَمَنۡ فِيۡهِنَّ​ؕ وَاِنۡ مِّنۡ شَىۡءٍ اِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمۡدِهٖ وَلٰـكِنۡ لَّا تَفۡقَهُوۡنَ تَسۡبِيۡحَهُمۡ​ؕ اِنَّهٗ كَانَ حَلِيۡمًا غَفُوۡرًا‏ 

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sungguh, Dia Maha Penyantun, Maha Pengampun.

Ini menegaskan bahwa dalam bahasa, fiqih adalah pemahaman umum yang tidak terbatas pada hukum-hukum agama saja.

Fiqih secara istilah (واصطلاحا) adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan amalan, dengan menggunakan dalil-dalil yang terperinci. Definisi ini berbeda dengan definisi sebagian ahli ushul fiqh yang menyebutkan bahwa fiqih adalah pengetahuan tentang hukum-hukum syariat cabang (الفرعية) dengan dalil-dalil terperinci

Namun, Pandangan Syekh Islam Ibnu Taimiyyah tentang pembagian hukum syariat sangat kritis terhadap konsep pemisahan antara "ushul" (prinsip-prinsip dasar) dan "furu'" (cabang-cabang hukum). Dalam kutipan yang disebutkan, Ibnu Taimiyyah berpendapat bahwa pembagian ini tidak tepat. Dia mencontohkan shalat, Karena mereka menjadikan shalat, misalnya, sebagai bagian dari furu' (cabang), padahal shalat adalah dari ushul al-ushul (dasar dari segala dasar). Bagaimana kita bisa mengatakan ada ushul dan furu'? Siapa yang membawa pembagian ini?"

Oleh karena itu, beliau menyatakan bahwa pembagian ini tidak benar dan tidak memiliki dasar dalam agama

Ibnu Taimiyyah dan para pengikutnya lebih memilih untuk menggunakan istilah yang lebih netral seperti "عملية" (amaliyah), yang berarti hukum-hukum yang berkaitan dengan amalan atau praktik, tanpa membedakannya menjadi ushul dan furu'. Dengan demikian, mereka menghindari pembagian yang dianggap tidak memiliki dasar yang kuat dalam Al-Qur'an dan Sunnah. 

 


 


Jumat, 06 Oktober 2023

Penjelasan Riyadhus sholihin Hadist ke 14 (Taubat yang Sejati: Kunci Surga 🗝️)

 Dalam perjalanan kita, terdapat petunjuk yang sangat berharga dari hadist ke-14. Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wassalam, sosok yang penuh berkah, memberikan pesan yang mendalam kepada seluruh umat manusia


١٤ – وَعَنِ الْأَغَرِ بْنِ يَسَارِ الْمُرْنِي رَسولَهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم: ((يَا أَيُّهَا النَّاسُ تُوبُوا إِلَى اللهِ وَاسْتَغْفِرُوهُ، فَإِنِّي أَتُوبُ فِي الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ)). (رواه مسلم)



Dari al-Agharr bin Yasar al-Muzani radhiyallahu anhu, ia berkata bahwasanya Rasulullah ﷺ pernah bersabda: “Wahai manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah ﷻ dan mohon ampunlah kepada-Nya. Sesungguhnya aku bertaubat seratus kali dalam sehari.” (HR. Muslim)


Taubat yang Sejati: Pesan yang Menggetarkan

Dalam hadist ini, Rasulullah menyoroti urgensi taubat yang sejati. Bahkan ketika dosa-dosa Beliau telah diampuni, Beliau tetap rendah hati dan beristighfar kepada Allah 100 kali sehari. Pesan ini adalah pengingat kuat bahwa sebagai manusia, kita berusaha agar dosa-dosa kita akan diampuni oleh Yang Maha Pengampun. Oleh karena itu, Al Qur'an menegaskan perlunya kita selalu bertaubat dan memohon ampunan kepada Allah dengan tulus.

Kunci Menuju Surga: Istighfar yang Tulus

Hadist ini memberikan kita kunci menuju surga: istighfar yang tulus. Rasulullah telah memberikan contoh yang jelas, dan tugas kita adalah mengikuti jejak-Nya. Dengan menjalani setiap hari dengan kesadaran akan pentingnya bertaubat dan memohon ampun kepada Sang Pencipta, kita sedang mempersiapkan diri untuk menerima rahmat dan ampunan-Nya.

Kesimpulan: Praktikkan Pesan Ini dalam Hidup Keseharian

Oleh karena itu, mari kita terapkan pesan berharga ini dalam kehidupan sehari-hari. Mari bersungguh-sungguh dalam beristighfar, meraih janji Allah, dan berharap agar Allah menerima taubat kita serta mengizinkan kita masuk ke dalam surga-Nya. Semoga kita semua diterima taubat kita dan mendapatkan tempat di surga yang dijanjikan-Nya.

Kamis, 05 Oktober 2023

Menggali Khazanah Emas Hadts Sahih 📚✨(kitab Shahih Bukhari)

"Di antara berbagai warisan berharga yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad Sallallahu Alaihi Wasallam, hadits-hadits sahih menjadi harta karun yang paling berkilau. Mereka adalah cahaya yang memandu kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari sesuai dengan Sunah beliau. Namun, mengapa hadits-hadits ini begitu penting? Terdapat tiga alasan kuat yang menjadikan karya monumental Imam Muhammad Bin Ismail Al-Bukhari, atau yang lebih dikenal dengan Imam Bukhari, sebagai penjaga kekayaan ini. Imam Bukhari (194-256 H) dengan cermat mengumpulkan dan mendokumentasikan riwayat-riwayat yang sahih dalam kitabnya yang terkenal sebagai "al-Jâmi‘ al-Musnad ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umûr Rasûlillâh Shallâllâhu ‘Alaihi wa Sallama wa Sunanihi wa Ayyâmihi." Mari kita eksplorasi tiga alasan ini."

1. Karena belum ada Kitab Hadits yang khusus memuat hadits-hadits sahih saja pada saat itu

 Pada masa itu, belum ada kitab-kitab atau ulama hadits yang menghimpun hadits -hadits yang isinya hanya hadits sahih. Sebelum kemunculan Imam Bukhari, para ulama hadits mengumpulkan hadits -hadits ini secara umum. Bahkan Al-Hafizh Ibnu Hajar, seorang ulama terkemuka, menyatakan bahwa ketika Imam Bukhari melihat kitab-kitab hadits yang telah ditulis sebelumnya, terdapat berbagai jenis hadits, termasuk yang sahih, yang hasan, dan banyak yang dhaif. Oleh karena itu, tidak mungkin menyamakan hadits yang dhaif dengan hadits yang sahih. Inilah yang mendorong Imam Bukhari untuk mengumpulkan hanya hadits-hadits yang shahih. Dengan kata lain, sebelum kemunculan Imam Bukhari, para ulama hanya mengumpulkan hadits-hadits dengan derajat yang beragam dalam satu kitab. Oleh karena itu, Imam Bukhari memotivasi dirinya sendiri untuk mengumpulkan hadits-hadits yang sahih saja dalam kitab Shahih Bukhari.

2. Motivasi dari gurunya

motivasi dari guru beliau datang dari seorang guru terkenal bernama Ishak Bin Rahway. Guru ini sangat ahli dalam hadits dan fiqih. Ibnu Hajar, dalam kitabnya, menyebutkan keinginan Imam Bukhari untuk menulis satu buku hadits yang berisi hadits -hadits sahih. Imam Bukhari berkata, "Andaikata engkau menulis satu buku hadits yang berisikan hadits -hadits sahih, itu sangat baik." Kemudian, Imam Bukhari mengatakan bahwa perkataan ini sangat membekas di hatinya. Ini mengajarkan kita bahwa terkadang, guru bisa memberikan kata-kata yang tanpa disadari sangat mempengaruhi kita. Kata-kata yang membekas ini bisa membuat seseorang semakin bersemangat untuk mewujudkan apa yang ada dalam dirinya.

3. Mimpi bertemu dengan rasulullah shallallahu alaihi wasallam

Salah satu alasan dia sangat bersemangat untuk menulis bukunya adalah karena dia memiliki mimpi atau cita-cita yang sangat baik. Dalam mimpi tersebut, Imam Bukhari bertemu dengan Rasul Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Dalam bukunya, Imam Bukhari menceritakan bahwa dia bermimpi bertemu rasulullah shallallahu alaihi wasallam dalam mimpi yang sangat istimewa. Dalam mimpi itu, dia berdiri di depan Rasulullah dan mengipasinya. Setelah bangun dari mimpi tersebut, Imam Bukhari bertanya kepada orang-orang yang ahli dalam memahami mimpi tentang arti mimpi tersebut.Mereka menjelaskan bahwa mimpi tersebut adalah tanda dari Allah Subhanahu wa ta'ala, dan ini adalah salah satu alasan mengapa Imam Bukhari memutuskan untuk menulis kitabnya yang terkenal, yang nama aslinya adalah "al-Jâmi‘ al-Musnad ash-Shahîh al-Mukhtashar min Umûr Rasûlillâh Shallâllâhu ‘Alaihi wa Sallama wa Sunanihi wa Ayyâmihi" Kitab ini dikenal sebagai salah satu kitab hadits yang paling sahih dalam Islam.

Untuk menulis buku ini, Imam Bukhari sangat tekun dan serius. Dia melakukan penelitian selama 16 tahun penuh. Selama waktu itu, dia hanya fokus pada meneliti hadits-hadits yang benar-benar sahih yang akan dimasukkan dalam bukunya. Hal ini menunjukkan betapa besar usaha dan ketelitian yang dia lakukan untuk menyusun kitabnya yang terkenal.

Wallahu a’lam bishshowwab.


Jumat, 10 Februari 2023

Eksplorasi Sirah Nabi Muhammad ﷺ,(Keutmaan sirah nabi)

Keutmaan sirah nabi
1. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga adalah kalimur Rahman (orang yang diajak bicara langsung oleh Ar Rahman) pada saat isro miroj
2. tidak ada seorang pun yang kehidupannya dijadikan sumpah oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kecuali Nabi ﷺ. Sebagaimana sumpah Allah dalam surat Al-Hijr, Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman:

لَعَمْرُكَ إِنَّهُمْ لَفِي سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُونَ

“Demi Umurmu (wahai Muhammad), sesungguhnya mereka terombang-ambing dalam kesesatan.” (QS. Al-Hijr : 72)

Para ulama menerangkan boleh dibaca “la’umruka” atau “la’amruka“, keduanya sama maknanya. Akan tetapi, dalam sumpah biasanya diucapkan dengan memfathahkan ‘ain (la’amruka) yang artinya “demi kehidupanmu”. Namun bisa pula diucapkan dengan mendhammahkan ‘ain (la’umruka) yang berarti “demi umurmu”.

Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu menafsirkan : “Demi kehidupanmu wahai Muhammad, sesungguhnya mereka (kaum Nabi Lūth) benar-benar buta dalam kemaksiatan mereka”. Setelah dinasihati oleh Nabi Lūth sampai-sampai beliau menawarkan anak-anak wanitanya, namun mereka menolaknya dan tidak berminat.

Menurut para ulama, dalam ayat di atas Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak bersumpah dengan kehidupan atau umur Nabi Lūth, padahal ayat ini mengisahkan tentang Nabi Lūth ‘alaihis salam dan kaumnya. Namun Allāh bersumpah dengan kehidupan atau umur Nabi Muhammad ﷺ. Mengapa demikian? Hal ini karena Allāh tidak pernah bersumpah dengan umur seseorang kecuali dengan umur Nabi Muhammad ﷺ.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhumaa berkata :

مَا خَلَقَ اللَّهُ وَمَا ذَرَأَ وَمَا بَرَأَ نَفْسًا أَكْرَمَ عَلَيْهِ مِنْ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا سَمِعْتُ اللَّهَ أَقْسَمَ بِحَيَاةِ أَحَدٍ غَيْرِهِ

“Allah tidak pernah menciptakan dan tidak pernah menghidupkan satu jiwapun yang lebih mulia dari Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan aku tidak pernah mendengar Allah bersumpah dengan kehidupan seorangpun selain kehidupan beliau ﷺ ” (Tafsir Ibnu Katsir 4/542)

Mengapa Allāh Subhānahu wa Ta’āla bersumpah dengan umur Nabi Muhammad ﷺ? Karena seluruh bagian dari umur Nabi ﷺ adalah kehidupan yang penuh berkah. Hal ini menekankan kepada kita bahwa sejarah Nabi ﷺ itu sangat spesial, tidak sama dengan sejarah-sejarah yang lainnya.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata :

أَقْسَمَ تَعَالَى بِحَيَاةِ نَبِيِّهِ، صَلَوَاتُ اللَّهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ، وَفِي هَذَا تَشْرِيفٌ عَظِيمٌ، وَمَقَامٌ رَفِيعٌ وَجَاهٌ عَرِيضٌ

“Allah Ta’āla bersumpah dengan kehidupan Nabi-Nya ﷺ, dan ini menunjukkan akan pemuliaan yang agung, kedudukan beliau yang tinggi, dan martabat beliau yang besar kemuliaannya” (Tafsir Ibnu Katsir 4/542)

3.nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam memiliki syafaat di hari kiamat

nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda,

إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ مَاجَ النَّاسُ فِي بَعْضٍ فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ اشْفَعْ لَنَا إِلَى رَبِّكَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِإِبْرَاهِيمَ فَإِنَّهُ خَلِيلُ الرَّحْمَنِ فَيَأْتُونَ إِبْرَاهِيمَ فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُوسَى فَإِنَّهُ كَلِيمُ اللهِ فَيَأْتُونَ مُوسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِعِيسَى فَإِنَّهُ رُوحُ اللهِ وَكَلِمَتُهُ فَيَأْتُونَ عِيسَى فَيَقُولُ لَسْتُ لَهَا وَلَكِنْ عَلَيْكُمْ بِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْتُونِي فَأَقُولُ أَنَا لَهَا فَأَسْتَأْذِنُ عَلَى رَبِّي فَيُؤْذَنُ لِي

“Ketika hari kiamat datang, manusia berduyun-duyun mendatangi Nabi Adam dan mengatakan, “Maka mintalah kepada Rabb-mu syafa’at bagi kami.!” Adam menjawab, “Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Ibrahim karena dia adalah kekasih Allah Azza wa Jalla,” mereka mendatangi Nabi Ibrahim, nabi Ibrahim berkata, “Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Musa karena dia adalah kalimullah (orang yang diajak bicara langsung oleh Allah). mereka mendatangi Nabi Musa, Nabi Musa berkata,” Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Isa karena dia adalah ruhullah dan kalimatNya,” Mereka mendatangi Nabi Isa, Nabi Isa berkata,” Aku tidak punya hak, pergilah kalian kepada Nabi Muhammad.” Maka mereka mendatangiku, maka aku katakan, “Ya aku punya hak, lalu aku minta izin kepada rabbku, kemudian Dia memberiku izin.” 
(HR Bukhari dan Muslim)

Syafaat jenis ini hakikatnya bermanfaat untuk semua umat, baik umat Islam maupun kaum kafir. Karena semua menunggu kapan akan dimulai persidangan, semua sudah tak kuasa menunggu dalam keadaan yang sangat payah dalam waktu yang sangat lama.

4. nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam orang pertama masuk surga
Hal ini didasarkan pada hadits Anas bin Malik, ia berkata :

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آتِي بَابَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَأَسْتَفْتِحُ فَيَقُولُ الْخَازِنُ مَنْ أَنْتَ فَأَقُولُ مُحَمَّدٌ فَيَقُولُ بِكَ أُمِرْتُ لَا أَفْتَحُ لِأَحَدٍ قَبْلَكَ

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,”Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat. Lalu aku minta dibukakan. Maka penjaga pintu Surga berkata, ‘Siapakah engkau?’ Lalu aku jawab,’Aku Muhammad’. Lantas malaikat tersebut berkata,’Aku diperintahkan dengan sebab engkau. Aku tidak membukanya untuk seorangpun sebelum engkau’.” (HR Muslim).

5. nabi muhammad shallallahu alaihi wasallam manusia pertama yang akan di bangkitkan di hari kiamat

Dari Abdullah bin Farukh, Abu Hurairah menceritakan kepadaku bahwa beliau berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda: "Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari Kiamat kelak, aku adalah orang pertama yang bangkit dari kubur. Aku orang paling dahulu memberikan syafa'at dan aku orang paling dahulu diberikan syafa'at." (Hadits Riwayat Muslim)

6. memiliki memiliki al maqam al mahmud 

أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آَدَمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ وَلاَ فَخْرَ، وَبِيَدِيْ لِوَاءُ اْلحَمْدِ وَلاَ فَخْرَ، وَ مَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آَدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلاَّ تَحْتَ لِوَاءِيْ وَ أَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الأَرْضُ وَلاَ فَخْرَ.

Aku adalah pemimpin anak adam pada hari kiamat dan bukannya sombong, dan di tanganku bendera Al-Hamd dan bukannya sombong, dan tidak ada seorang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun, tidak pula Adam juga yang lainnya ketika itu kecuali semua di bawah benderaku, dan aku orang pertama yang keluar dari tanah/kubur dan bukannya sombong.

Diriwayatkan oleh At Tirmidziy dalam Jami’ Attirmidziy, kitab Al Manaaqib, Bab Fi Fadhli An Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam No. 3614 (5/548) dan dalam kitab Tafsir, bab Wa Min Surat Bani Israail (dengan lafadz dan kisah yang panjang) No.3148 (5/288), Ibnu Majah dalam sunannya kitab Azzuhud, bab Dzikru Asy Syafaat No.4308 (4/522) dan Ahmad dalam Musnadnya (3/2) dari sahabat Abi Said Al Khudriy, berkata Imam At-Tirmidziy setelah meriwayatkan hadits ini: ini hadits hasan shahih.

7. telaga Nabi muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam  yang terbaik 

“Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan, airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada kesturi, bejananya sebanyak bintang di langit, siapa yang minum darinya, ia tidak akan merasa haus selamanya.” (HR. Bukhari).

8. Nabi muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat surga dan neraka secara sadar
Tentang hal ini, Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda :“Aku melihat ke dalam Surga maka aku melihat kebanyakan penduduknya adalah fuqara (orang-orang fakir) dan aku melihat ke dalam neraka maka aku menyaksikan kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas dan Imran serta selain keduanya)

9. nabi muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam  di utus untuk seluruh umat

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui.” (QS. Saba’: 28)

10. nabi muhammad  shallallahu ‘alaihi wa sallam penutup para nabi

 مَّا كَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَٰكِن رَّسُولَ ٱللَّهِ وَخَاتَمَ ٱلنَّبِيِّۦنَ ۗ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

mā kāna muḥammadun aba aḥadim mir rijālikum wa lākir rasụlallāhi wa khātaman-nabiyyīn, wa kānallāhu bikulli syai`in ‘alīmā
 Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
QS AL-AHZAB: 40

Senin, 06 Februari 2023

"kitab Tauhid: Eksplorasi Pembagian Tauhid Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab",

Penting untuk diingat bahwa asalnya tauhid tidak boleh dibagi. Ini bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Esa, dan segala sifat dan nama-Nya adalah satu kesatuan yang tak terbagi. Namun, ada beberapa manusia (terutama kaum musyrikin) yang membagikan tauhid. Sebelum Nabi Adam dianugerahi tugas utama, manusia sudah memahami tauhid dengan baik tanpa ada pembagian. Namun, setelah 10 kurun, kesyirikan mulai muncul dan menjadi bentuk pemecahan tauhid. Ini karena mereka hanya mentauhidkan Allah subhanahu wa ta'ala pada sebagian sisi saja dan membatalkan tauhid pada sisi lain.

Allah berfirman tentang kondisi kaum musyrikin Arab ;

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُمْ بِاللَّهِ إِلَّا وَهُمْ مُشْرِكُونَ

Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain) (QS. Yusuf : 106)

Kaum musyrikin memisahkan tauhid, namun Allah subhanahu wa ta'ala menjelaskan bahwa keyakinan mereka yang salah tercampur dengan kesyirikan. Keyakinan mereka bahwa Allah subhanahu wa ta'ala adalah pencipta dan pemberi rizki (tauhid ar-Rububiyah) disebut oleh Allah sebagai "iman", sedangkan kesyirikan mereka adalah menyembah selain Allah subhanahu wa ta'ala (tauhid al-‘Ibadah). Ini menyebabkan pembagian tauhid untuk membedakan antara yang benar dan salah. Karena itu, Allah subhanahu wa ta'ala menurunkan ayat-ayat agar mereka tidak membagi tauhid dan bertauhid pada satu sisi sambil berbuat syirik pada sisi lain Diantaranya firman Allah melarang mereka membagi-bagi tauhid :

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ، الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui (QS. Al-Baqarah : 21-22)

Pemahaman tauhid yang benar adalah tauhid tidak boleh dibagi-bagi. Oleh karena itu, tauhid dibagi menjadi tiga bagian: Tauhid ar-Rububiyah, Tauhid al-Uluhiyah, dan Tauhid al-Asmaa’ wa as-Shifaat.

Tauhid ar-Rububiyah adalah mengesakan perbuatan-perbuatan Allah, yang menegaskan bahwa hanya Allah yang melakukannya tanpa ada campur tangan dan andil yang lain. Ini terdiri dari tiga pokok pikiran: penciptaan, kepemilikian, dan pengaturan.

Sementara itu, Tauhid al-Uluhiyah (atau al-Ilahiyah atau al-ibadah) adalah mengesakan Allah dalam peribadatan. Ini berarti bahwa hamba hanya boleh beribadah kepada Allah saja. Bentuk-bentuk ibadah seperti berdoa, bernadzar, menyembelih, takut, berharap, tawakkal, dan lainnya, semuanya melibatkan perbuatan hamba.

Dengan memahami bagian-bagian dari tauhid, kita bisa memahami betapa pentingnya menegakkan akidah yang sejati dan menjauhi kesyirikan. Kita harus memahami bahwa tauhid adalah dasar dari segala amal ibadah kita, sehingga harus dipahami dengan baik dan dipraktikkan dengan tulus.

Adapun tauhid al-Asmaa’ wa as-Shifaat yaitu seorang hamba meyakini bahwasanya Allah Maha Esa dengan kesempurnaan yang mutlak dari segala sisi dalam nama-nama dan sifat-sifatNya yang agung, tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Allah dari sisi nama dan sifatNya. Meskipun bisa jadi nama dan sifatnya sama antara makhluk dengan Allah tapi hakikatnya berbeda.

Tauhid Ar-Rububiyah dan Al-Asmaa’ wa as-Sifaat: Fokus utama dari kedua tauhid ini adalah memahami dan meyakini bahwa Allah Maha Esa dalam segala sisi dalam nama-nama dan sifat-sifatNya. Seorang hamba harus memahami dan percaya pada hal ini.


Tauhid Al-Uluhiyah: Ini adalah tauhid yang berhubungan dengan tindakan hamba, dimana hamba hanya boleh melakukan ibadah pada Allah saja. Karena Allah adalah satu-satunya yang berhak untuk disembah karena Allah Maha Esa dalam rububiyah dan asmaa’ wa sifatNya. Ada beberapa ulama yang membagi tauhid ini menjadi dua bagian: (1) Tauhid Al-Ilmi wa Al-Ma'rifah yang mencakup tauhid Ar-Rububiyah dan Al-Asmaa’ wa as-Sifaat, fokusnya adalah memahami dan memahami rububiyah Allah dan asmaa’ wa sifatNya. (2) Tauhid Al-‘Amal wa at-Thalab berkaitan dengan tauhid Al-Uluhiyah karena fokusnya adalah meminta hamba untuk beramal hanya untuk Allah saja.



"kitab Tauhid: Eksplorasi judul Kitab Tauhid Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab",

 "kitab Tauhid: Eksplorasi Kitab Tauhid Karya Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab",Judul “Kitab Tauhid” menunjukkan bahwa tujuan dari penulisan kitab ini, bahwasanya dari awal hingga akhirnya adalah berkaitan dengan tauhid al-Uluhiyah. Penjelasan tentang definisinya, syarat-syaratnya, keutamaannya, dalil-dalilnya, buahnya, konsekuensinya, dan penyempurnanya. Demikian juga pembahasan tentang lawannya yaitu kesyirikan dengan berbagai macamnya.

Tauhid adalah masdar dari wahhada (وَحَّدَ) yuwahhidu (يُوَحِّدُ) tauhiidan (تَوْحِيْدًا), yang artinya secara bahasa adalah ; “Mengesakan”, yaitu menjadikannya satu. Dan istilah tauhid disebutkan dalam sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Diantaranya sabda Nabi kepada Mu’adz bin Jabal takala Nabi mengutusnya ke negeri Yaman :

إِنكَ ستأتي قوماً أهلَ كتابٍ، فإذا جئتَهم فادْعُهمْ إِلى أنْ يشهَدوا أنْ لا إِله إلا الله، وأنَّ محمداً رسولُ الله

“Sesungguhnya engkau akan mendatangi suatu kaum Ahlul Kitab. Maka jika engkau mendatangi mereka serulah mereka agar mereka bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasulullah”(HR Bukhari dan Muslim)

Dalam sebuah riwayat :

فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوْهُمْ إِلَيْهِ عِبَادَةُ الله

“Maka jadikanlah dakwahmu yang pertama kali kepada mereka adalah beribadah kepada Allah”(HR Bukhari)

Dalam sebuah riwayat yang lain :

فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ

“Maka jadikanlah dakwahmu yang pertama kali kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah”(HR Bukhari)

Dalam riwayat yang lain :

فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ تَوْحِيدُ اللَّهِ

“Maka jadikanlah dakwahmu yang pertama kali kepada mereka adalah agar mereka mentauhidkan Allah“

Dalam hadits yang lain Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

أَنَّ رَجُلًا لَمْ يَعْمَلْ مِنَ الْخَيْرِ شَيْئًا قَطُّ إِلَّا التَّوْحِيدَ، فَلَمَّا حَضَرَتْهُ الْوَفَاةُ، قَالَ لِأَهْلِهِ: إِذَا أَنَا مِتُّ، فَخُذُونِي وَاحْرُقُونِي، حَتَّى تَدَعُونِي حُمَمَةً، ثُمَّ اطْحَنُونِي، ثُمَّ اذْرُونِي فِي الْبَحْرِ، فِي يَوْمٍ رَاحٍ، قَالَ: فَفَعَلُوا بِهِ ذَلِكَ، قَالَ: فَإِذَا هُوَ فِي قَبْضَةِ اللهِ، قَالَ: فَقَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ : مَا حَمَلَكَ عَلَى مَا صَنَعْتَ؟ قَالَ: مَخَافَتُكَ، قَالَ: فَغَفَرَ اللهُ لَهُ

“Sesungguhnya ada seorang lelaki yang tidak mengamalkan kebaikan sama sekali kecuali tauhid. Tatkala ia akan meninggal dunia ia berkata kepada keluarganya ; “Jika aku wafat maka ambillah jasadku lalu bakarlah hingga aku menjadi hangus, lalu girislah aku sampai jadi debu, lalu tebarkanlah aku di laut di hari yang bertiup angin kencang”. Maka merekapun melakukannya. Tiba-tiba ia berada pada genggaman Allah, maka Allah berkata kepadanya, “Apa yang mendorongmu melakukannya?”. Ia berkata, “Karena takut kepadaMu”. Maka Allah pun mengampuninya’. (HR Ahmad)

Dalam hadits yang lain :

أَنَّ الْعَاصَ بْنَ وَائِلٍ نَذَرَ فِي الْجَاهِلِيَّةِ أَنْ يَنْحَرَ مِائَةَ بَدَنَةٍ وَأَنَّ هِشَامَ بْنَ الْعَاصِي نَحَرَ حِصَّتَهُ خَمْسِينَ بَدَنَةً وَأَنَّ عَمْرًا سَأَلَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالَ: ” أَمَّا أَبُوكَ، فَلَوْ كَانَ أَقَرَّ بِالتَّوْحِيدِ، فَصُمْتَ، وَتَصَدَّقْتَ عَنْهُ، نَفَعَهُ ذَلِكَ

Bahwasanya al-‘Aash bin Wa’il di zaman jahiliyah bernadzar untuk menyembelih 100 onta, dan (putranya) Hisyam bin al-‘Aash menyembelih bagiannya 50 onta, dan ‘Amr bin al-‘Aash (radhiallahu ‘anhu) bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tentang hal itu (yaitu apakah ia boleh menyembelih sisanya 50 ekor onta –pent). Maka Nabi berkata kepadanya, “Adapun ayahmu (yaitu al-‘Aaash bin Wa’il) kalau seandainya ia berikrar dengan tauhid, lalu engkau berpuasa dan bersedekah atas namanya maka akan bermanfaat baginya.” (HR Ahmad)

Demikian juga para sahabat juga menggunakan istilah tauhid sebagaimana datang dalam sebagian hadits, diantaranya :


Jabir bin Abdullah berkata :


فَأَهَلَّ بِالتَّوْحِيدِ «لَبَّيْكَ اللهُمَّ، لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ لَبَّيْكَ، إِنَّ الْحَمْدَ وَالنِّعْمَةَ لَكَ، وَالْمُلْكَ لَا شَرِيكَ لَكَ»


“Maka Nabipun bertalbiah dengan tauhid Labbaik Allahumma Labbaik….

HR Muslim

Jadi istilah tauhid bukanlah istilah yang baru, oleh karenanya para ulama menulis buku-buku yang mereka beri judul Kitab at-Tauhid. Seperti At-Tauhid karya Ibnu Khuzaimah (wafat 311 H) dan at-Tauhid karya Ibnu Mandah (wafat 395 H). Al-Imam Al-Bukhari membahwakan hadits Muadz bin Jabal di atas dalam Shahihnya dalam Kitab at-Tauhid dalam bab :


مَا جَاءَ فِي دُعَاءِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ إِلَى تَوْحِيدِ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى


“Hadits-hadits tentang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyeru umatnya kepada bertauhid kepada Allah tabaraka wa ta’aala”


درس في التوحيد من بائع مثلجات في موسم المطر A Lesson in Faith From An Ice Saller in The Rainy seasson

📜 درس في التوحيد من بائع مثلجات في موسم المطر كان زميلي في السكن رجلًا بسيطًا، يعمل في بيع المثلجات . والأمر العجيب، أنه يبيع في منطقة با...